watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ADU KEPITING

Aku Anis, kembali akan menyumbangkan suatu
kisah tentang sepasang suami istri yang baru
saja menikah lalu tinggal di suatu daerah
pegunungan yang jauh dari keramaian dengan
harapan agar mereka bisa terhindar dari
pergaulan, bahaya lalu lintas dan
kesalahpahaman dengan orang lain. Di samping
itu, ia juga menghindarkan istrinya dari
gangguan laki-laki lain yang menyukainya karena
istrinya sangat cantik sehingga jadi rebutan di
kampung asalnya.
Mereka berdua hidup dalam kesunyian, namun
ia tidak kesulitan makanan karena selain ia
berkebun dan bertani, juga ia rajin ke sungai
untuk menangkap ikan sebagai lauknya.
Beberapa bulan kemudian, sang istri mulai
mengidam, sehingga membutuhkan makanan
tertentu sesuai selera dan keinginannya
sebagaimana layaknya perempuan lainnya yang
mengidam.
Suatu hari, sang istri tampak tidak enak
perasaannya dan selalu emosi akibat pengaruh
dari janin yang dikandungnya.
"Mas, boleh ngga minta tolong sama kamu?"
tanya sang istri lembut.
"Soal apa dinda?" sang suami balik bertanya
dengan lembut pula.
"Aku ingin sekali makan kepiting, Mas. Boleh
ngga Mas mencarikan aku?"
"Wah, wah, wah, bagaimana mungkin kita bisa
mendapatkan kepiting di puncak gunung seperti
ini?" kata sang suami.
"Tolong cari donk. Berusahalah. Pasti Mas bisa
menemukannya. Kalau aku nggak masalah, tapi
yang ini nih," desak sang istri sambil menunjuk
janin yang ada dalam perutnya.
Setelah lama didesak, akhirnya sang suami pergi
juga meninggalkan rumah untuk mencari
kepiting. Dia berjalan mengelilingi hutan dan naik
turun dari gunung yang satu ke gunung yang
lainnya, bahkan menelusuri beberapa sungai-
sungai kecil yang ada di tengah hutan. Ketika ia
menemukan sebuah sungai yang agak deras
airnya, ia lalu turun dan mencoba mencari
lubang-lubang yang ada di pinggirnya.
Setelah ia menemukan suatu lubang yang agak
besar dan dalam, ia lalu memasukkan tangannya
ke dalam lubang itu. Bahkan mencoba
mengeluarkan air dan lumpurnya hingga lubang
itu bertambah besar dan dalam, sampai-sampai
seluruh badannya bisa masuk. Suluruh
tubuhnya basah kuyup dengan lumpur
bercampur keringat karena ia merasa penasaran
dan yakin sekali kalau dalam lubang itu ada
kepitingnya.
Dalam keadaan bermandikan keringat
bercampur lumpur, ia mengkonsentrasikan diri
hanya pada isi lubang itu, ia lalu membuka
seluruh pakaiannya yang basah lagi kotor itu.
Tiba-tiba ia mendengar suara kaki berjalan di air.
Semakin lama kedengarannya semakin dekat,
bahkan terdengar ada suara manusia yang
sedang bicara, sehingga ia merasa sangat
ketakutan karena selama ia tinggal di daerah itu
belum pernah bertemu dengan orang lain kecuali
hanya istrinya. "Jangan-jangan orang itu adalah
penjahat atau orang hutan", demikian pikirnya. Ia
lalu masuk sekalian ke dalam lubang itu unutk
bersembunyi dengan tanpa busana sehelaipun.
Dalam keadaan menungging dengan pantat
mengarah ke pintu lubang tersebut, ia melihat
melalui selangkangannya, ternyata ada 4 betis
berdiri hanya kurang lebih berjarak 30 cm dari
pantatnya.
Ia gemetar sangat ketakutan sehingga dengan
tanpa sengaja kencingnya menetes keluar
melalui kontolnya yang tergantung lemas.
"Wah, ini ada buah-buahan langka dan kelihatan
indah sekali" sang suami itu mendengar suara
dari salah seorang yang kakinya kelihatan itu.
Bahkan orang itu sempat meraba dan menarik-
narik kontol sang suami yang disangkanya
buah-buahan, sehingga sang suami itu semakin
ketakutan hingga menyebabkan air kencingnya
tambah banyak keluar. Ia tak mau bergerak
karena takut diketahui kalau ia adalah manusia.
"Buah apa itu teman?" tanya salah seorang dari
mereka yang berdiri itu sambil ikut memegang
dan menarik-narik buah tergantung itu.
Tiba-tiba pantat sang suami mengeluarkan suara
kentut sehingga kedua orang hutan yang berdiri
itu mencium bau busuk. Lalu temannya
menjawab..
"Mungkin inilah yang dinamakan buah busuk-
busuk" lalu kedua orang itu sepakat
meninggalkan tempat itu dan bermaksud
memetik buah busuk-busuk itu setelah ia
kembali dari menebang kayu di hutan.
Setelah kedua orang hutan itu pergi, maka sang
suami yang masuk ke lubang tadi segera keluar
dan pulang terburu-buru ke rumahnya sambil
menjinjing pakaiannya. Sesampainya di rumah,
sang istri heran karena suaminya berlari
terengah-engah tanpa mengenakan pakaian.
"Kok begitu Mas. Ada apa? Kenapa lari seperti
orang ketakutan? Mana kepitingnya?" Pertanyaan
sang istri bertubi-tubi pada sang suami, namun
ia tetap belum mampu menjawab karena sangat
lelah dan ketakutan.
"Mm.. maaf dinda, aku tidak berhasil menangkap
kepitingnya" jawab sang suami dengan nafas
terengah-engah.
"Kenapa Mas? Ada masalah apa di sungai?" desak
sang istri.
"Anu.. Anu dinda. Sulit ditangkap karena
lubangnya terlalu dalam. Besok saja yah," rayu
sang suami pada istrinya.
"Masa hanya kepiting tak bisa ditangkap. Kalau
gitu kita gantian saja. Mas jaga rumah dan saya
yang akan menangkap kepitingnya" ujar sang
istri tidak sabar
Menjelang sore hari, sang istri berangkat ke
sungai setelah mendapat petunjuk dari sang
suami mengenai tempatnya. Meskipun sang
suami tidak mengizinkan istrinya pergi agar
jangan sampai bertemu dengan kedua orang
hutan tadi, tapi karena tak mau cekcok dan
membuat marah istrinya, maka dengan terpaksa
dan was-was akhirnya ia mengizinkannya.
Sesampainya di sungai tersebut, sang istri turun
dan akhirnya menemukan lubang yang baru
saja dimasuki suaminya. Ia juga merasa
penasaran dan yakin kalau dalam lubang itu ada
kepitingnya, sehingga buru-buru ia melepaskan
seluruh pakaiannya agar tidak kotor lalu masuk
ke lubang itu dengan posisi seperti posisi
suaminya tadi sewaktu dalam lubang. Belum
sempat ia memasukkan tangannya ke luang-
lubang kecil yang ada dalam lubang besar itu,
tiba-tiba ia mendengar suara orang sedang
bicara, bahkan kedengarannya berjalan menuju
ke arahnya.
"Wah, celaka teman. Kita didahului orang lain.
Buah busuk-busuk itu sudah tidak ada di
tempatnya. Rasanya baru saja dipetik orang lain
dengan menggunakan pisau tajam. Ini buktinya"
kata salah seorang dari mereka yang berdiri
persis di dekat pantat sang istri itu sambil
meraba, mengelus dan menusuk-nusuk lubang
kemaluan sang istri karena dianggapnya sebagai
bekas petikan/potongan buah tadi.
Kedua orang hutan itu tidak ragu lagi kalau baru
'buah' itu baru saja dipetiknya karena sewaktu ia
meraba tempatnya, ia merasakan sedikit basah,
berlubang dan halus seperti bekas potongan
pisau tajam.
"Untung saja vaginaku halus, mulus, putih tanpa
ditumbuhi bulu sehelaipun, sehingga mereka
tidak curiga kalau itu adalah daging montok
wanita yang sedang basah karena ketakutan
sehingga mengeluarkan air kencing", demikian
pikir sang istri.
"Ayo teman, kita cari dan kejar si pemetik buah
impian kita itu. Ia pasti belum jauh dari tempat
ini, karena bekas petikannya masih basah dan
getahnya masih menetes" ajak salah seorang
dari orang hutan itu.
Akhirnya mereka segera pergi dan sepakat
mencari orang yang dicurigai telah memetik
buah busuk-busuk impian mereka itu.
"OK, kita bagi sasaran. Kamu ke kiri dan aku ke
kanan. Ia pasti masih berada di sekitar sini karena
bau buah-buahan itu masih sangat terasa
busuknya". Kata orang hutan yang satunya lagi
seperti yang didengar oleh sang istri ketika
keduanya baru saja meninggalkan lubang
kepiting itu.
Pikir sang istri, bau busuk itu tentunya adalah
bau kentut. Setelah itu, sang istri terburu-buru
keluar lalu pergi meninggalkan lubang itu sambil
berlari menjinjing pakaiannya. Sesampainya di
rumah, keadannya persis sama dengan keadaan
suaminya ketika mengalami hal serupa. Ia tak
mampu berkata-kata dan sulit ia menjelaskan
kejadian tadi. Mereka saling menyembunyikan
apa yang dialaminya di sungai tadi, meskipun
dalam hati mereka saling curiga tentang
kemungkinan kejadian yang sama.
Keesokan harinya, sang suami bersama sang
istri sepakat untuk berangkat bersama-sama ke
sungai mencari kembali kepiting dengan
keyakinan kalau kedua orang hutan kemarin itu
tidak bakal lewat di situ lagi karena buah
impiannya sudah dianggap tidak ada lagi.
Keduanya langsung menuju ke lubang yang
masih diyakini ada kepitingnya.
"Mas, coba sekali lagi. Kamu saja yang masuk
biar saya yang jaga di luar kalau-kalau ada orang
yang melihat kita. Sebaiknya buka saja
pakaiannya Mas biar tidak kotor" kata sang istri
ketika mereka sampai di dekat lubang itu.
Setelah sang suami masuk dengan posisi seperti
semula dalam keadaan telanjang bulat, sang istri
menyaksikan kontol suaminya sedang
tergantung di selangkangannya sambil berpikir
bahwa mungkin kontol suamiku inilah yang
dikatakan oleh kedua orang hutan kemarin itu
sebagai buah busuk-busuk, sehingga setelah ia
melihat kemaluanku, ia lalu beranggapan kalau
buah itu sudah dipetik.
"Bagaimana Mas? Sudah dapat kepitingnya?"
tanya sang istri pada suaminya sambil
membungkuk untuk melihat keadaan suaminya
dalam lubang.
"Belum dinda, tapi sudah hampir kutemukan.
Sabarlah sebentar dinda"
"Ini kepitingnya Mas. Saya sudah
menangkapnya" canda sang istri sambil
memegang dan menarik-narik benda yang
tergantung di selangkangan sang suami sambil
tertawa terbahak-bahak.
Nampaknya sang istri tak mau melepas 'kepiting'
yang ditangkapnya itu, malah ia semakin
memainkannya, mengelus dan mengocoknya
hingga kepitingnya itu semakin keras,
membengkak dan membuat pinggul sang suami
bergerak-gerak.
"Sudahlah dinda. Jangan ganggu aku dulu.
Kepitingku itu tak sulit ditangkap karena akan
datang sendiri ke rumah, bahkan sebentar di
rumah pasti kuserahkan untuk kamu makan
sepuasnya" canda sang suami.
Karena sang suami sudah tak tahan lagi
dipermainkan kontolnya sementara sang istri tak
mau berhenti memainkannya, malah nampak
menginginkannya saat itu, maka sang suami
memutuskan keluar dulu.
"Kalau gitu kita gantian cari kepitingnya dinda.
Aku kecapean" kata sang suami sambil keluar
dari lubang itu dan digantikan oleh si istri setelah
ia juga menelanjangi dirinya karena takut akan
kotor pakaiannya.
"Kamu yang jaga di luar yah Mas. Bilang kalau
ada orang lain yang melihat kita, tapi jangan
macam-macam loh..," kata sang istri.
Setelah posisi sang istri sama dengan posisi sang
suami tadi, tiba-tiba sang suami meraba-raba
pantatnya lalu turun ke selangkangan dan terus
ke kemaluan sang istri dan memainkannya
seperti halnya ia dipermainkan tadi.
"Wah, ini 'kepiting' betinanya sudah kutangkap
dinda. Indah sekali dan pasti nikmat dimakan.
Boleh aku makan dinda?" tanya sang suami
sambil mengelus dan menusuk-nusuk lubang
kemaluan istrinya yang sedang menungging
dalam lubang.
Sang istri tampak menikmatinya dengan
menggerak-gerakkan pinggulnya dalam lubang.
Sementara sang suami yang sejak tadi
terangsang dari dalam lubang tak mau berhenti
memainkan, bahkan sesekali mencium dan
menjilatinya lalu mengatakan kalau ia sedang
memakan kepitingnya mentah-mentah.
"Ayo Mas. Mana kepitingnya? Adu donk
'kepiting'nya dengan 'kepiting'ku" canda sang istri
tapi tampak serius karena memang ia betul-betul
sudah terangsang.
Sang suami segera mengarahkan mulut
'kepiting'nya ke mulut 'kepiting' sang istri lalu
mengadunya. Perlahan tapi pasti, kedua buah
langka itu saling bersentuhan di mulut lubang
kepiting. Mula-mula amat sulit masuknya karena
'kepiting' sang istri agak masuk ke dalam, namun
karena sang istri mengerti dan memang
membutuhkannya, maka pantatnya pun
terdorong sedikit keluar sehingga berada di luar
lubang hingga sang suami sangat mudah
memasukkan kepala 'kepiting'nya ke dalam
mulut 'kepiting' sang istri. Suara yang
ditimbulkan dari pertarungan antara kedua
'kepiting' langka itu, sangat indah dan jelas
terdengar karena berada di mulut lubang, apalagi
sedikit basah karena percampuran antara air
khas 'kepiting' dengan air sungai serta air
lumpur.
"Akhh.. Uuhh.. Ikkhh.. Ookkhh.. Eennakk.
Nikkmat sekali kepitingnya Mas. Terus.. Teruss..
Ayo hantam teruss Mass" erang si istri tersentak-
sentak sambil menggerak-gerakkan pinggulnya
ke kiri dan ke kanan. Si suami juga mengerang
hal yang serupa.
Mungkin karena sang istri telah merasa lelah
menungging, ia meminta sang suami untuk
berhenti bergerak sejenak, tapi sang suami tidak
menghiraukannya. Akhirnya sang istri menarik
pantatnya masuk lebih dalam sehingga 'kepiting'
sang suami dengan sendirinya keluar dan lepas
dari lubang 'kepiting' sang istri, bahkan perut
sang suami dengan keras menghantam mulut
lubang yang dimasuki sang istri tersebut.
Namun tak lama setelah itu, sang istri kembali
menjulurkan keluar pantatnya dalam keadaan
terbalik yakni telentang dalam lubang, sehingga
memudahkan sang suami memasukkan kembali
'kepiting'nya ke dalam mulut 'kepiting' sang istri.
Pertarungan pun dimulai kembali yang diiringi
dengan musik khas yang keluar dari pertarungan
kedua 'kepiting' itu.
"Decak.. Decukk.. Decikk.. Plagg.. Plugghh..
Pologg" suara itulah yang mewarnai kesunyian
di sungai itu yang dibarengi pula dengan suara
nafas saling mengejar dari kedua mulut
pasangan suami istri yang sedang
mengidamkan kepiting itu.
"Maass.. Mass, 'kepiting'ku mau pipis" kata sang
istri ketika sang suami dengan gencarnya
menghentakkan 'kepiting'nya keluar masuk ke
mulut 'kepiting' sang istri tanpa menghiraukan
kata-kata sang istri.
"Biar saja pipis, karena 'kepiting'ku juga mau
pipis, biar bersamaan saja" kata sang suami
sambil tetap mempercepat kocokannya dan
meraba-raba serta meremas-remas kedua
benda kenyal yang ada di dada sang istri,
meskipun tanpa melihatnya karena letaknya agak
ke dalam.
"Nnikkmatnnya kepitingnya yach" secara
serentak kedua pasangan itu tiba-tiba
mengucapkan kalimat yang sama saat 'kepiting'
keduanya bersamaan mengeluarkan cairan
hangat yang dianggapnya sebagai air pipis
'kepiting'.
Akhirnya keduanya tergeletak di tempatnya
masing-masng. Sang suami tergeletak di luar
lubang sementara sang istri di dalam lubang.
Setelah terdiam sejenak, sang istri lalu keluar dan
mencium pipi dan bibir sang suami yang masih
tergeletak di pinggir sungai.
"Mas, ayo bangun. Kita pulang aja yuk. Kita
sudah tangkap dan nikmati kepitingnya. Aku
sudah puas sekali dan tak bergairah lagi mencari
kepiting beneran" kata sang istri sambil
membangunkan suaminya dengan suara sedikit
berbisik di telinganya.
"Wah kita terlalu jauh mencari kepiting dinda,
padahal ada kepiting yang kita bawa masing-
masing. Lebih nikmat lagi memakannya, bahkan
tak pernah habis. Ayo dinda, nanti di rumah kita
makan lagi kepiting ini.. Ha.. Hha.. Hha" kata
sang suami sambil merapikan kembali
pakaiannya bersama sang istri lalu keduanya
tertawa terbahak sambil berpelukan dan
berciuman, lalu kembali ke rumah.
Setibanya di rumah, mereka kembali mengadu
'kepiting'nya beberapa kali dengan posisi yang
lebih membuatnya leluasa bergerak. Sejak saat
itu, sang istri tak pernah lagi meminta suaminya
untuk mencari kepiting di sungai dan sejak itu
pula keinginannya terhadap kepiting sungguhan
hilang.


Adult | GO HOME | Exit
1/1565
U-ON

inc Powered by Xtgem.com